Doa Aqiqah
Memberikan kebahagiaan dan nilaikasih sayang yang sungguh luar biasa dari orang tua terhadap anaknya itumerupakan salah satu dari bentuk rasa tanggung jawabnya yang sangat besar,termasuk ketika memberikan sesuatu yang menjadi hak seorang anak seperti mengaqiqahkan,memberikan nama dan yang lainnya.
Hal ini tentunya sangat berorientasi
sekali terhadap nilai dari pada pengamalan tersebut, baik di tinjau dari segi
kemampuan orang tua tersebut maupun dari segi hukum yang memberikan kepastian
tentang kedudukan perihal kewajiba dan hak dari seorang anak itu sendiri.
Selain itu juga, tidak hanya sebatas
mewujudkan rasa kasih sayang yang teramat dalam pada seorang anak, langkah dan
cara yang di lakukan oleh orang tua sendiri dalam yang sejatinya adalah titipan
yang senantiasa di pelihara dan di jaga semestinya sebagaimana yang telah di
anjurkan oleh Agama.
Di mulai sejak pertama kali di
lahirkan ke dunia, disaat itu juga peran dari orang tua untuk mencetak seorang
anak yang shalih sesuai dengan tuntunan agama dan negara itu sangatlah
berpengaruh sekali, karena anak laksana kain putih yang bisa tetap putih dan
juga kotor tergantung dari didikan orang tuanya.
Nah sebagai bentuk dari pada
pertanggungjawaban tersebut adalah dengan mengakikahkannya, memberikan nama
yang terbaik, menghiasi ahlaq dengan yang mulia termasuk mengarahkan dan
memasukannya ke lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal jika
jenjang selanjutnya sudah datang.
Hal ikhwal seperti ini juga adalah
bagian dari pada cara salah satu pengamalan sunnah yang selalu di lakukan oleh
para Ulama terdahulu sebagai wujud dari pada nilai kasih sayang dan bentuk
tanggung jawab yang tinggi dari orang tua terhadap anaknya, berikut penjelasan
mengenai permasalahan seputar aqiaqah tersebut.
Tentang Aqiqah
Aqiqoh menurut bahasa adalah rambut yang ada dikepala bayi waktu
dilahirkan,menurut syara’ aqiqoh adalah menyembelih hewan ketika memotong
rambutnya bayi. Dasarnya adalah banyak hadis, di ataranya hadis :” seorang anak
tergadaikan dengan aqiqohnya, yang disembelih atasnya pada hari ke 7 dan
rambutnya dicukur “dan juga hadis bahwa Nabi shollallohu alaihi wasallam
memerintahkan untuk menamai bayi pada hari ketujuhnya .
Kedua hadits tersebut diriwayatkan
oleh imam turmudzi, hadits yang pertama Imam Turmudzi berkata bahwa hadisnya
hasan shohih dan hadis kedua hasan. Lihat dalam kitab asnal matholib (1/ 547) :
بَابُ الْعَقِيقَةِمن عَقَّ يَعِقُّ
بِكَسْرِ الْعَيْنِ وَضَمِّهَا وَهِيَ لُغَةً الشَّعْرُ الذي على رَأْسِ الْوَلَدِ
حين وِلَادَتِهِ وَشَرْعًا يُذْبَحُ عِنْدَ حَلْقِ شَعْرِهِ لِأَنَّ مَذْبَحَهُ
يُعَقُّ أَيْ يُشَقُّ وَيُقْطَعُ وَلِأَنَّ الشَّعْرَ يُحْلَقُ إذْ ذَاكَ
وَالْأَصْلُ فيها أَخْبَارٌ كَخَبَرِ الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ
تُذْبَحُ عنه يوم السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى وَكَخَبَرِ أَنَّهُ
صلى اللَّهُ عليه وسلم أَمَرَ بِتَسْمِيَةِ الْمَوْلُودِ يوم سَابِعِهِ وَوَضْعِ
الْأَذَى عنه وَالْعَقِّ رَوَاهُمَا التِّرْمِذِيُّ وقال في الْأَوَّلِ حَسَنٌ
صَحِيحٌ وفي الثَّانِي حَسَنٌ
Aqiqah adalah sunnah Rasul yang
didefinisikan sebagai penyembelihan hewan dalam rangka penebusan seorang anak.
Sebab, sebagaimana sabda Nabi saw dalam hadits riwayat Abu Dawud nomor 1522,
tubuh seorang anak itu tergadaikan sampai ia diaqiqahi:
الْغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ
تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ اْلسَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسَهُ وَيُسَمَّى
Artinya : “Seorang anak tergadaikan
dengan (tebusan) aqiqah yang disembelih untuknya di hari yang ke tujuh, dicukur
rambut kepalanya dan diberi nama.”
Hewan yang disembelih dalam Aqiqoh
ialah dua ekor kambing bagi anak lelaki dan satu ekor kambing bagi anak
perempuan. Kriteria tentang kambing yang bagaimana yang layak dijadikan sebagai
aqiqoh sama dengan kambing yang layak untuk berkurban.
Doa ketika Menyembelih Hewan
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ [
اللهم مِنْكَ وَلَكَ ] اللهم تَقَبَّلْ مِنِّي هَذِهِ عَقِيْقَةُ
Bismillâhi walLâhu Akbar. Allahumma
minka wa laka. Allahumma taqabbal minni. Hadzihi ‘aqiqatu…(sebutkan nama bayi)
Artinya : “Dengan menyebut asma
Allah. Allah Maha Besar. Ya Allah, dari dan untuk-Mu. Ya Allah, terimalah dari
kami. Inilah aqiqahnya … (sebutkan nama bayi)
Doa Ketika Mencukur Rambut Bayi
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَللهم نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَنُوْرُالشَّمْسِ
وَالْقَمَرِ, اللهم سِرُّ اللهِ نُوْرُ النُّبُوَّةِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm.
Alhamdulillâhirabbil ‘âlamîn. Allâhumma nûrus samâwâti wa nûrusy syamsyi wal
qamari, Allâhumma sirruLlâhi nûrun nubuwwati RasuluLlâhi ShallaLlâhu ‘alaihi
wasallam walhamduliLlâhi Rabbil ‘âlamin.
Artinya : “Dengan menyebut asma
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam, Ya Allah, cahaya langit, matahari dan rembulan. Ya Allah, rahasia
Allah, cahaya kenabian, Rasululullah SAW, dan segala puji Bagi Allah, Tuhan
semesta alam.”
Doa Aqiqah ketika meniup ubun-ubun bayi setelah dicukur:
اللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ
وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Allâhumma innî u’îdzuhâ bika wa
dzurriyyatahâ minasy syaithânir rajîm
Artinya : ““Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon perlindungan untuk dia dan keluarganya dari setan yang terkutuk.”
Doa Walimah Al-‘Aqiqah
اللهم احْفَظْهُ مِنْ شَرِّالْجِنِّ
وَالْإِنْسِ وَأُمِّ الصِّبْيَانِ وَمِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَالْعِصْيَانِ
وَاحْرِسْهُ بِحَضَانَتِكَ وَكَفَالَتِكَ الْمَحْمُوْدَةِ وَبِدَوَامِ عِنَايَتِكَ
وَرِعَايَتِكَ أَلنَّافِذَةِ نُقَدِّمُ بِهَا عَلَى الْقِيَامِ بِمَا كَلَّفْتَنَا
مِنْ حُقُوْقِ رُبُوْبِيَّتِكَ الْكَرِيْمَةِ نَدَبْتَنَا إِلَيْهِ فِيْمَا
بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَلْقِكَ مِنْ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَأَطْيَبُ مَا
فَضَّلْتَنَا مِنَ الْأَرْزَاقِ اللهم اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ
الْعِلْمِ وَأَهْلِ الْخَيْرِ وَأَهْلِ الْقُرْآنِ وَلَا تَجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ
مِنْ أَهْلِ الشَّرِ وَالضَّيْرِ وَ الظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ
“Allâhummahfadzhu min syarril jinni
wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu
bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika
an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi
rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min
makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa
iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa
iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni.”
Artinya : “Ya Allah, jagalah dia
(bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan
maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan
perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu
melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia.
Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia
dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli
ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka
sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.”
Tata Cara Pemberian Nama Dan Perihal Setelah Itu
Sunnah memberi nama pada hari ketujuh saat penyembelihan hewan aqiqoh, dan nama
yang afdhol adalah abdulloh dan Abdur Rahman, memakai nama nabi atau malaikat juga
tidak makruh bahkan nama nabi Muhamamd terdapat keutamaan di dalamnya.haram
hukumnya menamai anak dengan nama rajanya para raja, qodhinya para qodhi dan
hakimnya para hakim, begitu juga haram memberi nama anak dengan nama abdun nabi
(hambanya nabi), jarulloh (tetangganya Allah) dan haram di kuniyahi abul qosim.
keterangan bisa di lihat dari pada kitab fathul mu’in (1/304) :
وأن يذبح سابع ولادته ويسمى فيه وإن
مات قبله بل يسن تسمية سقط بلغ زمن نفخ الروح.وأفضل الأسماء: عبد الله وعبد الرحمن
ولا يكره اسم نبي أو ملك بل جاء في التسمية بمحمد فضائل علية.ويحرم التسمية بملك
الملوك وقاضي القضاة وحاكم الحكام.
Waktu Aqiqah
Afdhol, yaitu aqiqah pada hari ketujuh sekalian memotong rambut dan memberinya
nama. Keterangan bisa di telaah kembali pada kitab minhajul qowim (1/ 310-311)
:
“والأفضل” ذبحها “في اليوم السابع” من
الولادة فيدخل يومها في الحسابالي ان قال”و” يسن “حلق شعره بعد الذبح” كما في الحج
وأن يكون كالتسمية يوم السابع “و” يسن “التصدق بزنته” أي شعر رأسه “ذهبًا
Kesunahan Aqiqah Bagi Orang Tua Gugur, Setelah Anaknya Baligh
Masalah seperti ini memang terkadang sering di alami bagi mereka orang tua yang
belum cukup secara ekonomi untuk melaksanakan kesunahan aqiqah tersebut, namun
sebenarnya Islam tidak mempersulit justru mempermudah, dimana kesunahan aqiqah
bagi ortu hanya sampai anaknya baligh, jika sampai baligh belum di-akikahi maka
kesunahannya sudah gugur dan terserah si anak mau akikah sendiri setelah
dewasa. Keterangan bisa di lihat pada kitab kifayatul akhyar (1/534)
وَالْمُخْتَار أَن لَا يتَجَاوَز بهَا
النّفاس فَإِن تجاوزته فيختار أَن لَا يتَجَاوَز بهَا الرَّضَاع فَإِن تجَاوز
فيختار أَن لَا يتَجَاوَز بهَا سبع سِنِين فَإِن تجاوزها فيختار أَن لَا يتَجَاوَز
بهَا الْبلُوغ فَإِن تجاوزه سَقَطت عَن غَيره وَهُوَ الْمُخَير فِي العق عَن نَفسه
فِي الْكبر
Karena Sebenarnya orang yang
disunatkankan menyembelihkan hewan aqiqoh bagi seseorang adalah orang yang
wajib menafkahi orang tersebut (seperti orang tua) dari hartanya, bukan dari
harta anak yang akan diaqiqohi, dan anjuran ini masih berlanjut sampai anak
tersebut baligh. Apabila sampai baligh orang tersebut belum diaqiqohi maka
disunatkan baginya menyembelih hewan aqiqoh untuk dirinya sendiri. Diriwayatkan
dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَّ عَنْ نَفْسِهِ بَعْدَ النُّبُوَّةِ
Artinya : “Bahwasanya Nabi
shollallohu ‘alaihi wasallam aqiqoh untuk dirinya sendiri setelah nubuwwah
(menjadi Nabi).” (Sunan Kubro, no.19273)
Meskipun Imam Baihaqi menyatakan
bahwa hadits ini munkar yang berarti tidak dapat dijadikan dasar hukum, namun
Syekh Zainuddin Al-Iroqi dalam “Torhut Tatsrib” menyatakan bahwa hadits ini
memiliki sanad lain yang diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan Ibnu Hazm dari
Al-Haitsam bin Jamil yang dapat dipakai sebagai dalil.
Kesimpulannya, jika sampai dewasa
seseorang belum diaqiqohi oleh orang tuanya, disunatkan baginya untuk
mengaqiqohi dirinya sendiri.
Hukum Aqiqah Setelah Baligh Karena Belum di Aqiqahi
Anak yang sudah baligh tapi tidak diaqiqohi oleh walinya maka anak tersebut
sunah melakukan aqiqoh sendiri. :
.فلو بلغ ولم يخرجها الولي سن للصبي
أن يعق عن نفسه ويسقط الطلب حينئذ عن الولي. إعانة الطالبين ٢/٣٣٦
Akan tetapi bila walinya tidak
mengaqiqohi anak tersebut karena tidak mampu terhitung dari semenjak lahirnya
anak tersebut sampai masa paling lamanya nifas (60 Hari) maka bagi anak
tersebut tidak sunah melakukan aqiqoh sendiri setelah baligh, begitu juga tidak
sunah aqiqoh bagi wali setelah mampu kalau mampunya telah melewati paling
lamanya masa nifas.
Alasan Anak Laki-laki Aqiqahnya Dua Kambing
Anak laki-laki aqiqohnya dengan dua kambing sedangkan anak perempuan dengan
satu kambing, karena disamakan dengan diyat / denda, diyatnya orang perempuan
separohnya diyatnya orang laki-laki, disamakan dengan diyat karena tujuan
aqiqoh itu adalah menebus jiwa.
الباجوري ٢/٣٠٤
.و سن لذكر شاتان وغيره شاة و بين الغير في شرحه بالأنثى والخنثى واستند في ذلك
الى القياس على الدية فان كلا من الأنثى والخنثى على النصف من دية الرجل و وجه
قياسها على الدية أن الغرض من العقيقة استبقاء النفس فأشبهت الدية لأن كلا منهما
فداء للنفس.
فتح الوهاب ٢/١٩٠
وإنما كانا على النصف من الذكر لأن الغرض من العقيقة استبقاء النفس فأشبهت الدية
لأن كلا منهما فداء للنفس
Hukum Aqiqah Dengan Sapi
Imam At Thabarani dan Abusysyaikh meriwayatkan dari Anas, Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من ولد له غلام فليعق عنه من الإبل
والبقر والغنم
Barang siapa dilahirkan seorang
putera untuknya maka hendaklah beraqiqah untuknya dengan onta, sapi dan kambing
(Tharhuttatsriib fii syarhittaqriib lil ‘Iraaqi juz VI halaman 88).
Boleh mengadakan aqiqoh dengan
menggunakan sapi untuk tujuh orang anak, karena dalam Masalah ini hukumnya sama
dengan qurban. Sebagai Referensinya bisa di telaah kembali dari:
& حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 4
صحـ : 257 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
( يُسَنُّ أَنْ يُعَقَّ عَنْ ) مَوْلُودٍ ( غُلاَم ) أَيْ ذَكَرٍ ( بِشَاتَيْنِ
وَجَارِيَةٍ ) أَيْ أُنْثَى (بِشَاةٍ ) بِأَنْ يَذْبَحَ بِنِيَّةِ الْعَقِيقَةِ
مَا ذُكِرَ وَيَطْبُخَ كَمَا سَيَأْتِي وَالْعَاقُّ مَنْ تَلْزَمُهُ نَفَقَةُ
الْمَوْلُودِ وَلاَ يَعُقُّ عَنْهُ مِنْ مَالِهِ قَوْلُهُ ( بِشَاتَيْنِ )
وَأَفْضَلُ مِنْهُمَا ثَلاَثٌ وَمَا زَادَ إلَى سَبْعٍ ثُمَّ بَعِيرٌ ثُمَّ
بَقَرَةٌ وَكَالشَّاتَيْنِ سَبُعَانِ مِنْ نَحْوِ بَدَنَةِ فَأَكْثَرَ وَتَجُوزُ
مُشَارَكَةُ جَمَاعَةٍ سَبْعَةٍ فَأَقَلَّ فِي بَدَنَةٍ أَوْ بَقَرَةٍ سَوَاءٌ
كَانَ كُلُّهُمْ عَنْ عَقِيقَةٍ أَوْ بَعْضُهُمْ عَنْ أُضْحِيَّةٍ أَوْ لاَ وَلاَ
كَمَا مَرَّ وَفُضِّلَ الذَّكَرُ كَالدِّيَةِ
HARGA AQIQAH BOJONEGORO
Harga Aqiqah Bojonegoro Nurul Hayat, harga paket Aqiqah
kambing masak (harga perekor Kambing) sebagai berikut:
PLATINUM
Jantan : Rp 3.500.000,-
Betina : Rp 2.650.000,-
3 Menu : 270 sate + 90 kreng daging + 180 gule jeroan tulang
(harga +Rp 75.000,-)
2 Menu : 550 sate + 180 gule
ISTIMEWA
Jantan : Rp 3.150.000,-
Betina : Rp 2.300.000,-
3 Menu : 210 sate + 70 kreng daging + 140 gule jeroan tulang
(harga +Rp 75.000,-)
2 Menu : 450 sate + 140 gule
SUPER
Jantan : Rp 2.400.000,-
Betina : Rp 1.850.000,-
3 Menu : 150 sate + 50 kreng daging + 100 gule jeroan tulang
(harga +Rp 75.000,-)
2 menu : 300 sate + 100 gule
PUAS
Jantan : Rp 2.300.000,-
Betina : Rp 1.750.000,-
3 Menu : 120 sate + 40 kreng daging + 80 gule (harga +Rp
75.000,-)
2 Menu : 250 sate + 80 gule
TASYAKURAN*
Betina : Rp 1.450.000,-
2 Menu : 150 sate + 40 gule
*Paket Tasyakuran
belum sah digunakan untuk aqiqah
Komentar
Posting Komentar